Pages

28 August 2008

Nafas yang Tertinggal

Oleh: Resty Falinedel

Kau pergi, aku di sini

Kau jauh di sana, aku di sini

Tanpamu aku terikat di sini

Terikat sepi…

Waktu memasungku

Berantai kerinduan di tangan dan kakiku

Sedangkan hatiku memanggilmu tuk kembali

Tidakkah kau sadari?

Ada yang tertinggal di sini, bersamaku

Andai saja kau dapat kembali

Akan kuhembuskan nafas yang tertinggal

Agar jantungmu berdenyut lagi …

Lautan Birumu

Oleh: Resty Falinedel


Siapa yang mengerti bisikan riak ombak?

Aku merindukanmu

Perjalanan gelombang-gelombangnya?

Penuh garam dan asin

Suara hempasannya di bebatuan karang?

Terasa begitu sakit, perih

Dan amukannya saat tiba di garis pantai berpasir?

Kemarahan yang merah

Bahkan angin yang menyapa puncak cemarapun tak pernah tau

Bingung menyaksikan dunia

Sedangkan awan yang menggelantung

tetap setia mengawasi dari atas sana

tanpa mengerti apa-apa

Tanpa mengerti apa-apa

Hanya aku yang mengerti lautan birumu

Aku dan Kalian

Oleh: Resty Falinedel


Tertiup sang bayu

Debu di terik panas beterbangan

Kemana bertiup ke sana ia pergi

Berputar mengikuti tiupannya

Tanpa ada yang peduli

Debu memang tak pernah berarti

Tak pernah terlihat

Tak pernah dihiraukan

Dan terabaikan

Akulah debu

Sedangkan kalian semua adalah taik…

hack,hack,hack...

26 August 2008

Andai Tuhan Khilaf

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Ch. Anwar dan karya-karyanya yang tak 'kan pernah mati

Andai Tuhan khilaf
dan aku lahir jauh sebelum aku lahir

Andai Tuhan khilaf
dan aku tidak menetas di tahun 90
tapi 45

Ya, andai Tuhan khilaf
Aku pasti mendengar langsung soekarno berproklamasi
Aku pasti mendengar gemuruh bom atom yang ngeri
Aku pasti melihat sang Chairil
atau paling tidak bangkai binatang jalang yang kutangisi

Andai Tuhan khilaf
Sayang, Tuhan tidak khilaf

Tidak di Blok

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Remy Sylado

Seseorang yang bernama mirip tangga nada bertanya -kuanggap kepadaku-

Kalau
Chairil Anwar
binatang jalang
Di blok apa
tempatnya
di Ragunan?

Binatang jalang tak dikurung.

23 76i

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Remy Sylado

Aku bertanya kepada seseorang yang bernama mirip tangga nada
orang-orang menuliskan namamu: 23 761
bolehkah aku mengubahnya dengan: 23 76i
aku biasa nada tinggi

Ketika Setanku Berpuisi

Oleh: H.F. Merdeka

Sebuah subuh aku menulis puisi
04:44
jam dinding menunjukkan eksistensi diri

Azan berbunyi
Aku belum berhenti

Azan lewat
Aku belum beranjak dari mesin tik

Pikirku, setanku yang tengah menulis puisi
Aku beranjak dari setanku
Aku berlabuh dari puisiku menuju tempat wudhu

21 August 2008

Hanya Hitam dan Putih

Oleh: Resty Falinedel

Samar-samar pandanganku diselubungi kabut
Entah apa yang ada di hadapanku
Entah apa yang ada di belakangku
Semua semakin samar-samar

Bola mataku kian membulat
Berusaha tuk melihat lebih jelas
Tapi semua tetap saja sama
Semua semakin samara-samar

Bagaimana aku bisa melukiskan
semua yang ada di hadapanku?
Yang kulihat hanyalah hitam dan putih
Yang semakin samar-samar

Ingin kugoreskan banyak warna
di permukaan kanvasku
Tapi aku hanya mengenal dua warna
Hitam, putih…

Pada Matahari

Oleh: Resty Falinedel

Yth. Matahari Sang Raja Siang
di
Pusat Tata Surya

Melalui surat ini saya sampaikan kepada Sang Raja Siang bahwa saya merasa sangat terganggu oleh pancaran sinar anda.
Oleh sebab itu saya mohon agar Sang Raja Siang berkenan untuk tidak menyinari dunia saya.
Atas perhatian Sang Raja Siang saya mengucapkan terima kasih.

Tertanda
Penguasa Kegelapan

Woi…!!!
Matahari!!!
Kenapa kamu muncul lagi pagi ini?
Aku baru saja menikmati gelapku
Heh!!!
Cahayamu menyilaukan mata suramku
Ingin aku menyirammu
Mengguyurmu dengan lautan hitam
Agar nyalamu padam tak
bersinar
Matahari!!!
Aku benci terangmu itu
Kau menelan hitam pekat kegelapanku
Aku tak mau lagi melihat nyalamu itu
Pergi! Pergilah! Menjauh dariku!!!
Biarkan aku terlelap dalam kegelapan
Menikmati hitamnya duniaku…

Perjalanan Menuju Akhir

Oleh: Resty Falinedel

Di mana langkah ini akan terhenti
Lelah, aku lelah bejalan di antara bebatuan tajam
Satu langkah ku berjalan
Terlukis satu goresan baru di telapak kakiku
Perih, hanya perih yang mengiringi langkahku

Cacian tiada henti hujani gedung rakyat
Sumpah-serapah menjadi saksi
Sejenak aku ingin semua panca inderaku mati
Aku muak menyaksikan hiruk-pikuk kelicikan

Di mana langkah ini akan terhenti
Bebatuan tajam tetap setia menemani perjalananku
Akupun berlari,
Lari dengan sisa-sisa langkahku
Tetap berlari dengan goresan goresan yang kian perih

Tanah airku yang kaya dengan hijaunya
Tanah airku yang kaya dengan birunya
Kini…
Tanah airku yang kaya dengan keserakahannya
Tanah airku yang kaya dengan kecoa busuknya
Sesungguhnya,
Tanah airku miskin akan moral
Apa hanya aku yang menyadarinya?
Apa hanya aku yang merasakan perihnya penderitaan tanah airku?

Langkahku terhenti di sebuah lembah curam
Adakah satu harapan tertanam di dasarnya
Kuperhatikan lagi dasar lembah itu dengan seksama
Ternyata itu bukanlah sebuah harapan
Di lembah curam itulah akhir dari tanah airku

Serpihan Hati

Oleh: Resty Falinedel

Aku dipasung oleh waktu
Berantaikan kenangan di kedua kakiku
Terikat masa lalu di tanganku
Aku ingin pergi
Aku tak ingin berada lembah kenangan
Tapi kenapa langkah ini tetap terpaku?
Aaaaaaggghh….!!!!
Izinkan aku meninggalkan jejak-jejak masa lalu ini!!!
Kepada siapa aku berteriak?
Padamu? Padanya? Atau pada Sang waktu?
Bahkan kenangan itupun enggan berlalu
Aku masih di sini

Berada di lembah kenangan ini
Aku masih di sini
Bersama serpihan hati
Serpihan hati yang kau tinggalkan untukku
Serpihan hatimu…

20 August 2008

Teka-teki

Oleh: H.F. Merdeka

Zaman-zaman seperti ini
Watak pemimpin adalah misteri
Setiap hari dihitung rakyat sebagai teka-teki

Zaman-zaman seperti ini
Selebriti tidak hanya bermain di tivi-tivi
Menambah jumlah pemimpin teka-teki

Zaman-zaman seperti ini
Mahasiswa tidak kuliah lagi
Sibuk menyuarakan aspirasi

Zaman-zaman seperti ini
Penyair menulis-nulis puisi
Untuk apa yang tidak orang mengerti

11 August 2008

Andai Aku Menikahi Merdeka

Oleh: H.F. Merdeka

Ijab kabul telah terucap
antara aku dan seorang gadis yang bernama merdeka

Kugiring ia ke balik tirai kamar
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis

Kubaringkan ia di atas peraduan
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis

Kutelanjangi ia di depan tubuhku yang berkeringat
menahan hasrat
manahan teramat hasrat

Alangkah terkejutnya aku
Melihat gadis yang bernama merdeka itu
Tak seindah namanya
Tak seindah gaun yang kucampakkan ke lantai itu

Kulitnya berkudis
Berkurap-kurap
Panu melahap seperempat badan
Kutu air menelan kaki dan tangannya

Tak apalah
Aku telah menikahinya
Ini malam
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis
Aku tetap mengawininya

06 August 2008

Izinkan Aku Sembahyang Sekali Saja

Oleh: H.F. Merdeka

Kau ada dalam subuhku
Duduk berkuasa di atas pundakku
Menahan tubuhku agar tak terjaga

Kau selalu ada setiap zuhurku
Menjelma menjadi kesibukan dunia
Hingga asharku

Dalam magribku kau mematut diri habis-habisan
Membawaku berjalan-jalan

Oh, tidak!
Mengapa kau masih setia saja menemaniku hingga isya?
Merangkulku dalam kehangatan kasur empuk nan menghilangkan penat

Setanku yang manis,
tolong, izinkan aku sembahyang sekali saja
Setelah itu kau boleh menggodaku lagi