Pages

Showing posts with label H.F. Merdeka. Show all posts
Showing posts with label H.F. Merdeka. Show all posts

02 August 2011

'Nuju

Menikam dalam gelap
Menyongsong sesuatu yang dimana entah

Perjalanan panjang akan destinasi personal
Membuatku ragu akan arti hidup
Apakah kiri entah kanan
Apakah utara entah selatan

Mendapati diri tengah termenung
Aku mencari kemana jati diri akan terpatri
Berlayar menuju pelabuhan terakhir

Menikam dalam gelap
Menyongsong sesuatu yang dimana entah
Aku takut tersesat

11 May 2010

Tanpa

Oleh: H. F. Merdeka

Mencari kata di sela-sela tanah dan sepatu
Pergi, tidak menemukan apa-apa

04 December 2009

Masa Depan

Oleh: H. F. Merdeka

Aku sedang berada di rumah jendela
Dihantarkan berkeliling oleh seorang gadis berbaju merah

"Ini apa?" ketika ia membimbingku melihat jendela pertama
"Ini hutan yang hijau. Ketika Tuhan pertama kali menciptakannya."
"Lalu yang sebelah ini apa?" tanyaku lagi ketika sanpai di jendela berikutnya
"Itu adalah taman yang dibuat manusia. Ketika mereka lebih memilih dunia mereka daripada sekedar uang."

Lalu, tiba-tiba ia menarik pergelangan tanganku menuju belakang rumah
Kering!
Kontras!
Tandus!
Tiada hijau bahkan kaktus!
"Ini apa?" tanyaku ketakutan
Dan gadis itu tersenyum, dan berkata "Inilah masa depan!"

07 September 2009

Ma, Aku Ingin Ganti Nama

Oleh: H. F. Merdeka

Ma, aku ingin ganti nama
Berat betul aku memikul nama yang kau beri

Katamu biarlah sebagai doa
Tapi kenapa sudah hampir 19 tahun doa itu tak kunjung dijawab

Maka itu biar aku ganti nama ya, ma
Agar aku tak keberatan di nama
Biar aku punya doaku sendiri

02 September 2009

Wasiat

Oleh: H.F. Merdeka

Aku telah memberikan engkau sebuah surat
Berisi panduan yang akan mengantarkanmu sampai tujuan
Tolong dibaca segera!

Tenang saja
Surat itu turun dari langit
Wasiat dari Tuhan kita
Tidak usah terlalu kau cermati
Apakah engkau meragukan kecermatan Tuhan

Maka itu, tolong segera dibaca!

Setelah itu kau ambil ransel ini
Ia lah yang akan mengantarkamu sampai tujuan, surga yang engkau idam-idamkan

19 August 2009

Menganga

Oleh: H.F. Merdeka

Seorang anak berteriak di bawah ketiak emaknya, "anjing!"
Si emak kaget mendengar kata umpatan dari bibir mungil
"Mak! Anjing! Lari mak!"
Binatang kelam berkaki empat berlari cepat
Emak dan anak hanya berkaki dua, namun berlari tak kalah cepat
Laju. Laju. Laju...

Emak tersudut
Anak tersudut

Anjing berhenti, menarik nafas, sambil menatap tajam kedua manusia yang terjepit di antara tebing dan anjing

Anjing sesak nafas
Anak sesak nafas
Emak sesak nafas
Emak, anak, anjing sesak nafas.

Dor!
Anjing mati ditembak pemburu dari belakang
Emak menganga
Anak menganga
Anjing menganga. Mati menganga
Pemburu itu?

28 November 2008

Kerinduan

Oleh: H.F. Merdeka

Mawar, kapan kau 'kan pulang?
Tidakkah rindu menggerogoti hatimu?
Seperti ia telah memakan hati dan separuh jantungku.

Sungguh keterlaluan kau, mawar!
Kau biarkan aku tercabik ganas
Asmaraku yang telah berbuat

Dan tak pula kau balut dengan belaian hangatmu
Kau biarkan darahku memandikanku

Dan tak pula kunjung kau sapu
Kenapa kau biarkan darah ini membusuk?

Kau kira rindu ini nikmat?!

Prabicara

Oleh: H.F. Merdeka

Kita pernah hidup pada zaman prabicara, ketika zaman berbahasa bukan dengan kata-kata
Kita sama sekali tidak pernah berucap cinta
Bahkan untuk mengatakan "aku cinta kamu."

Kau tau?
Aku lebih suka hidup di zaman itu.
Orang-orang menganggap cinta bukan hanya omong kosong semata
Mereka tak sembarangan mempertuankan cinta

Tidak seperti zaman di mana aku tersesat sekarang
Mereka tidak hanya berucap cinta bahkan berbual cinta!

Aku ingin kembali ke sana.
Ingin rasanya aku menyatakan cinta kepadamu sekali lagi
dan sekali lagi
Bukan lewat bicara, bukan melalui bibir ini.
Melainkan dari getaran hati.
Getaran hati yang kukirimkan lewat nada-nada indah pada hangat malammu ketika kau terlelap
Karena begitulah cara orang-orang zaman prabicara menyatakan cintanya

06 October 2008

Izinkan Aku Mati Sekali Saja

Oleh: H.F. Merdeka

Aku sadar dalam lamunanku
Ketika badan telah terendam keringat air mata
Berenangku ke tepi danau

Di malam aku berbuat dosa
Di malam aku ingin mati saja

Agar tiada lagi dosa
Biarlah aku di neraka

Aku hanya tak ingin mengkhianati siapa pun
Termasuk Engkau, Tuhanku

Sekali aku berbuat dosa
Maka seterusnya aku terbawa
Dan aku tetap jauh
Dan aku tetap berkhianat
Dan aku adalah laknat

Tak ada yang bisa kuperbuat selain dosa
Sedang aku tak sedikitpun mencari pahala
Sungguhpun aku tak harap surga
Kuhanya ingin menyembah karena Engkau memang pantas disembah
Sedang aku tetap berbuat dosa
Lagi-lagi dosa...!

Izinkan aku mati saja Tuhan
Ketika aku berbuat dosa
Izinkan aku mati, sekali... saja
Agar aku tak berbuat dosa
Walau aku dicampakkan ke neraka

22 September 2008

Aku Indonesia

Oleh: H.F. Merdeka

Aku adalah Indonesia
Aku adalah Indonesia yang bersuara

Aku hidup di antara 2 samudra
Aku hidup di antara 2 benua

Dulu aku indah
Dulu, orang-orang menyebutku begitu
Separuh nyawa, mereka berusaha merebut kedaulatanku yang dijajah.
Mereka berkorban jiwa raga untukku yang tertindas.

Dulu aku berharga
Dulu, belum lama, mereka mati-matian mempertahankanku
Dari pemberontakan dan PKI
Mereka menjaga warisan Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa.
Aku dibawanya ke dalam hati mereka.
Ke dalam semangat.
Mereka bergairah mempertahankan keutuhanku.

Kini aku tiba-tiba lain
Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa, benar-benar telah mati. Bahkan jiwanya.
Mereka tidak lagi menjaga Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa.

Mereka mencaciku
Mereka mencaci warisan Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa dulu
Mereka menghinaku
Mereka menghina warisan Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa dulu
Mereka menginjak-menginjakku
Mereka menginjak-menginjak warisan Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa dulu
Mereka Menghianatiku!
Ya, mereka mengkhianatiku, sebuah warisan paling berharga yang diberikan Soekarno, Bung Hatta, Sjahrir, dan pahlawan tangguh yang rela mati bertaruh nyawa dulu

Dulu, aku ingat, pemuda yang menamai dirinya sebagai bangsaku, memujaku, mengelu-elukan namaku.
Mereka mencintaiku.
Mereka merangkai aku dalam semangat kemerdekaannya.
Mereka menghadiahkan sumpah pemuda kepadaku.
Ah... sungguh indah...

Tapi pemuda itu kini telah mati
Sekarang tinggal pemuda berhati keji
Tidak ada lagi kado sumpah pemuda untukku.
Kecuali kado sumpah serapah!

Semua telah berubah
Semua telah berbeda bagiku
Aku adalah Indonesia
Aku ini adalah Indonesia yang bersuara
Walau tidak bisa berbuat apa-apa atas sumpah dan serapah pemuda dan jiwa-jiwa yang lahir dipangkuanku

Mengeja Merdeka

Oleh: H.F. Merdeka

Orang berada mengeja merdeka dengan m-e-r-d-e-k-a-!
Orang tak punya diajarkan (baca: dipaksa) mengeja merdeka
dengan m-e-r-a-n-a-.-.-.

Keranda

Oleh: H.F. Merdeka

Setangkai kerangka rapuh terbujur kaku di atas keranda
dengan mulut menganga dan tubuh penuh luka

Mata-mata kosong menggotong bangkai manusia
dengan mulut terkatup dan hidung tertutup

Mata-mata kosong yang lain hanya menatap kosong
beberapa, tidak mempedulikan
beberapa, merapatkan bibir
beberapa, menyipitkan mata
beberapa, menyumbat hidung
beberapa, mengernyitkan kulit kepala

Setangkai bangkai rapuh terjuntai kaku di atas keranda
memakai jas
Telpon genggam, bersebalahan dengan dompet dan kunci mobil
di saku celana

Setangkai mayat rapuh ditambat disangkutkan ke liang lahat
Mata-mata kosong penggotong keranda meninggalkan mayat pejabat bejat terdampar di liang lahat
darah merangsek tanah
bibir menjadi gua cacing tanah

Alam yang akhirnya jua menguburkan
Setelah belatung mengerat
Sehabis pisau di dada berkarat

04 September 2008

Negeri Sang Pelacur

Oleh: H.F. Merdeka

Suatu ketika, ternobatlah sebuah negara sebagai negara paling hancur
Suatu ketiak, beribu bau memburu seluruh penjuru

Terkisah tak hanya pelacur yang melacur
Tersiksa tak hanya istri makan hati, tapi juga manusia tak ber-money

Pemimpin melacurkan citra kepercayaan
Pesohor melacurkan identitas
Penimbang norma melacurkan keadilan
Sedangkan aku melacurkan pemikiran

Tersebutlah negeri itu Negeri Sang Pelacur
Terkisah tak hanya pelacur yang melacur

26 August 2008

Andai Tuhan Khilaf

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Ch. Anwar dan karya-karyanya yang tak 'kan pernah mati

Andai Tuhan khilaf
dan aku lahir jauh sebelum aku lahir

Andai Tuhan khilaf
dan aku tidak menetas di tahun 90
tapi 45

Ya, andai Tuhan khilaf
Aku pasti mendengar langsung soekarno berproklamasi
Aku pasti mendengar gemuruh bom atom yang ngeri
Aku pasti melihat sang Chairil
atau paling tidak bangkai binatang jalang yang kutangisi

Andai Tuhan khilaf
Sayang, Tuhan tidak khilaf

Tidak di Blok

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Remy Sylado

Seseorang yang bernama mirip tangga nada bertanya -kuanggap kepadaku-

Kalau
Chairil Anwar
binatang jalang
Di blok apa
tempatnya
di Ragunan?

Binatang jalang tak dikurung.

23 76i

Oleh: H.F. Merdeka
Untuk: Remy Sylado

Aku bertanya kepada seseorang yang bernama mirip tangga nada
orang-orang menuliskan namamu: 23 761
bolehkah aku mengubahnya dengan: 23 76i
aku biasa nada tinggi

Ketika Setanku Berpuisi

Oleh: H.F. Merdeka

Sebuah subuh aku menulis puisi
04:44
jam dinding menunjukkan eksistensi diri

Azan berbunyi
Aku belum berhenti

Azan lewat
Aku belum beranjak dari mesin tik

Pikirku, setanku yang tengah menulis puisi
Aku beranjak dari setanku
Aku berlabuh dari puisiku menuju tempat wudhu

20 August 2008

Teka-teki

Oleh: H.F. Merdeka

Zaman-zaman seperti ini
Watak pemimpin adalah misteri
Setiap hari dihitung rakyat sebagai teka-teki

Zaman-zaman seperti ini
Selebriti tidak hanya bermain di tivi-tivi
Menambah jumlah pemimpin teka-teki

Zaman-zaman seperti ini
Mahasiswa tidak kuliah lagi
Sibuk menyuarakan aspirasi

Zaman-zaman seperti ini
Penyair menulis-nulis puisi
Untuk apa yang tidak orang mengerti

11 August 2008

Andai Aku Menikahi Merdeka

Oleh: H.F. Merdeka

Ijab kabul telah terucap
antara aku dan seorang gadis yang bernama merdeka

Kugiring ia ke balik tirai kamar
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis

Kubaringkan ia di atas peraduan
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis

Kutelanjangi ia di depan tubuhku yang berkeringat
menahan hasrat
manahan teramat hasrat

Alangkah terkejutnya aku
Melihat gadis yang bernama merdeka itu
Tak seindah namanya
Tak seindah gaun yang kucampakkan ke lantai itu

Kulitnya berkudis
Berkurap-kurap
Panu melahap seperempat badan
Kutu air menelan kaki dan tangannya

Tak apalah
Aku telah menikahinya
Ini malam
yang remang
yang tegang
yang manis
yang romantis
Aku tetap mengawininya

06 August 2008

Izinkan Aku Sembahyang Sekali Saja

Oleh: H.F. Merdeka

Kau ada dalam subuhku
Duduk berkuasa di atas pundakku
Menahan tubuhku agar tak terjaga

Kau selalu ada setiap zuhurku
Menjelma menjadi kesibukan dunia
Hingga asharku

Dalam magribku kau mematut diri habis-habisan
Membawaku berjalan-jalan

Oh, tidak!
Mengapa kau masih setia saja menemaniku hingga isya?
Merangkulku dalam kehangatan kasur empuk nan menghilangkan penat

Setanku yang manis,
tolong, izinkan aku sembahyang sekali saja
Setelah itu kau boleh menggodaku lagi