Pages

23 February 2009

Chapter 9 - (untuk ibumu)

Ibu tua itu termenung diatas sajadahnya. Dia memikirkan anak perempuannya yang hingga saat ini tak lagi berjemaah bersamanya. Namun apakah sang anak mengerti?
Ibu tua itu termenung diatas sajadahnya. Dia memikirkan anak perempuannya yang tak lagi perawan. Apa yang harus dikatakannya nanti pada keluarga mempelai pria. Dia bingung dan hanya menadahkan tangan dengan kepala tertunduk.
Ibu tua itu berdiri, dihampirinya sang anak yang sedang tertidur pulas sehabis berpesta. Mengusap kening, dan sebuah ciuman hangat menjadi hadiah dari si ibu malam itu. Si anak hanya tersentak layu, namun kembali terlelap. Ibu itu berjalan gontai kearah dapur. Kuat digenggamnya tasbih hijau ditangan kirinya. Di ambilnya garpu di atas meja segiempat itu, seketika ditancapkannya tepat dileher. Seperti tak merasakan sakit berjalan menuju kamar anak perempuannya. Dicabutnya garpu tadi dari lehernya, digigitnya tasbih tadi kuat dan darah dibajunya. Dia menangis. Entah dia kebal atau apalah itu jelas terlihat bahwa si ibu seperti tak merasakan sakit. Kembali di usapnya kening si anak, dan berbaring di samping si anak hingga matahari kembali, sedangkan dia merasa nyaman tak kembali.

Karena Aku Laki

Satu, aku mengenalmu
dua, aku jatuh cinta
tiga, kita bercinta
last but not least, kau berubah
itu memang bukan akhir

04 February 2009

Aku Adalah Aku

Oleh: Resty Falinedel

Percayalah, aku adalah aku
Aku bukan makhluk yang bersembunyi
di balik tirai kemunafikan itu

Percayalah, aku adalah aku
aku bukan sosok pengecut yang berlari
dari nyata di hadapanku

Aku adalah aku
Aku hanya bersembunyi
dari kerapuhanku di balik keangkuhan tanpa hati

Ku mohon percayalah
Aku adalah aku
meski terkadang tak terlihat seperti aku adanya
Lihatlah aku dari sudut hati yang berbeda

Maka kau akan yakin bahwa aku adalah aku
Percayalah.....